Administrator

Administrator

Pranata Komputer Ahli Pertama

Jumat, 10 Jun 2022 11:10

Neraca Keuangan (2021)

*Tahun 2021

 

*Tahun 2021
Kepada Yth.
  1. Ketua Pengadilan Agama Kendari Kelas IA
  2. Ketua Pengadilan Agama Unaaha
  3. Ketua Pengadilan Agama Kolaka
  4. Ketua Pengadilan Agama Andoolo
  5. Ketua Pengadilan Agama Lasusua
  6. Ketua Pengadilan Agama Rumbia
 
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
 
Dengan ini kami sampaikan surat Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kendari Nomor : W21-A/959/OT.01.3/06/2022, tanggal 13 Juni 2022 perihal "Undangan Pembinaan, Diskusi Hukum dan Eksebisi PTWP".
Demikian, terima kasih.
 
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama se Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Kendari
Di -
Tempat
 
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
 
Dengan ini kami sampaikan surat Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kendari Nomor : W21-A/807/OT.01.1/5/2022, tanggal 17 Mei 2022 perihal "Penyampaian Memorandum of Understanding (MoU) Penggunaan Layanan Papandayan Lounge Kendari Untuk Seluruh Pegawai Peradilan Agama Sewilayah Pengadilan Tinggi Agama Kendari".
Demikian, terima kasih.
 
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Agama se Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Kendari
Di -
Tempat
 
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
 
Dengan ini kami sampaikan surat Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kendari Nomor : W21-A/818/HM.02.3/5/2022, tanggal 18 Mei 2022 perihal "Monitoring Pelaksanaan Kebijakan Access CCTV Online (ACO)".
Demikian, terima kasih.
 
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Kamis, 05 Mei 2022 15:29

Kalau Sudah Tiada Baru Terasa

Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
(Refleksi Puasa Ramadhan)
Oleh: Samsul Zakaria, S.Sy., M.H.

Salah satu faidah puasa menurut Syeikh ‘Izzuddin bin Abdis Salam (w. 660 Hijriah) dalam Kitab Maqashid ash-Shaum adalah syukru ‘Alim al-khafiyyat (bersyukur kepada Allah yang Mengetahui segala yang tersembunyi). Ketika seseorang berpuasa, menurut Syeikh ‘Izzuddin, ia menyadari nikmat Allah berupa rasa kenyang dan terlepas dari dahaga. Atas kondisi tersebut, lalu ia bersyukur kepada Allah.

“Fainna an-ni’ama la yu’rafu miqdaruha (sungguh segenap kenikmatan itu tidak disadari nilainya),” tulis Syeikh ‘Izzuddin. “Illa bifaqdiha (kecuali bila sudah tiada),” tutupnya. Betapa banyak yang lupa bersyukur atas nikmatnya sesuap nasi dan seteguk air. Puasa mengingatkan kita akan nikmat tersebut. Dan lebih dari itu, menjadi motivasi untuk selalu bersyukur kepada Allah ta’ala.

Dalam butiran beras yang menjadi nasi lalu kita santap, terkandung moral ketuhanan yang luar biasa. “Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam?” firman Allah dalam Q.S al-Waqi’ah ayat 63. “Kamukah yang menumbuhkannya atau Kami yang menumbuhkan?” tegas Allah ta’ala. Manusia hanya bertugas menanam. Allah yang berkuasa menjadikannya tumbuh atau mati.

Dalam seteguk air yang kita minum, sungguh terkandung pesan ilahi yang mendalam. “Tidakkah kamu perhatikan air yang kamu minum?” firman Allah masih dalam Q.S al-Waqi’ah. “Kamukah yang menurunkannya (air tersebut) dari awan ataukah Kami yang menurunkan?” lanjut Allah ta’ala. Dua ayat tersebut menegaskan betapa agung kuasa Allah serta betapa lemahnya kita manusia.

Puasa menyadarkan kita akan kenikmatan-kenikmatan yang seringkali tidak kita sadari tersebut. Dengan puasa, kita dilatih untuk berhenti sejenak. Kita menahan nafsu atas hal-hal yang sebenarnya halal. Dengan cara itu, kita menjadi sadar akan nikmat yang selama ini kita rasakan. Atas nikmat yang seringkali tidak kita sadari apalagi mensyukurinya.

Bagi yang berpuasa, sabda Nabi Muhammad Saw, ada dua kebahagiaan. Pertama, saat buka puasa (‘indal ifthar). Kedua, saat berjumpa dengan Allah ta’ala (‘inda liqa-i Rabbihi). Mengapa buka puasa itu membahagiakan? Karena kita merasakan kembali kenikmatan menyantap makan dan minum yang halal. Seolah kita menemukan kembali sesuatu yang hilang. Disitulah kebahagiaan tercipta.

Masalah puasa (dari makan dan minum serta segala yang membatalkan) dapat kita tarik dalam konteks lain. Misalnya kebersamaan dengan keluarga. Tatkala kita selalu bersama seringkali kita tidak sadar bahwa kebersamaan itu adalah kenikmatan. Kita baru sadar nikmatnya bersama saat kita harus “puasa”, berpisah dengan keluarga dalam beberapa masa.

Selaras dengan itu, kaum bijak pandai menasihati. “Jangan sedih dengan perpisahan. Berpisah adalah ikhtiar untuk menabung rindu.” Perpisahan sejatinya adalah “puasa” bertemu. Momen itu menjadi pengingat akan betapa nikmatnya bersama. Bila setelah berpisah dapat bersama kembali, kita akan lebih mampu merasakan nikmatnya kebersamaan. Lalu, mensyukurinya dengan sepenuh hati.

Sama halnya dengan kesehatan. Saat masih sehat, kita lupa itu adalah nikmat. Kita lalai untuk mensyukurinya dengan berbuat taat yang maksimal. Saat kita harus “puasa” sehat alias sakit, kita baru sadar. Betapa nikmatnya sehat. Ujian sakit itu menjadi pengingat. Bila sembuh, sehat kembali, maka sadari nikmat tersebut dan syukuri. Dengan cara berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya.

Kalau sudah tiada baru terasa. Bahwa kehadirannya sungguh berharga. Sebelum nikmat itu tiada, lekaslah kita syukuri dengan sebaik-baiknya. Selagi sempat, selagi dapat. Betapa banyak karib kerabat yang puasa tahun lalu masih bersama kita. Sementara tahun ini sudah tidak bersama kita lagi. Kita yang masih berjumpa Ramadan tahun ini, adakah jaminan untuk Ramadan mendatang?

Ramadan ini menjadi madrasah kita untuk menempa diri. Kita diwajibkan untuk puasa, untuk menahan, untuk imsak, sementara waktu saja. Saat adzan Maghrib berkumandang, kita bergegas berbuka. Apa yang seharian “tiada” menjadi “ada” kembali. Mudah-mudahan kita semakin menyadari betapa banyak nikmat-Nya. Dan terus mensyukurinya dengan tambah taat dan jauh dari maksiat.

Selagi sempat, selagi dapat. Selagi kita masih bertemu Ramadan dalam keadaan sehat. Berpuasa di bulan mulia ini juga sebuah kenikmatan besar. Akan tiba masa dimana kita harus berpuasa selama-lamanya. Saat datang waktu dimana kita harus menghadap keharibaan-Nya. Saat itu, tidak ada lagi kesempatan memperbaiki diri. Karena yang tersisa adalah pertanggungjawaban. 

Selasa, 05 April 2022 15:28

Puasa Sebagai Momentum

PUASA SEBAGAI MOMENTUM

Oleh: M. Khusnul Khuluq

Bulan Ramadan adalah momentum untuk memperbaiki dan meningkatkan kembali semangat ibadah. Momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah. Momentum untuk berdoa dan mohon ampunan.

Di laur bulan Ramadan kita telah melakukan itu semua. Tapi, selama setahun kita mengerjakan itu, tentu ada titik penurunan. Baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas.

Karena itu, bulan Ramadan adalah momentum. Waktu yang tepat untuk meningkatkan kembali itu semua. Karena kita percaya bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang suci. Di mana segala ibadah akan mendapat pahala berlipat. Kita percaya itu.

Seperti pisau yang telah lama tidak diasah. Maka ini adalah waktu yang tepat untuk mengasah ketajaman. Seperti besi yang telah sedikit berkarat, ini adalah waktu yang pas untuk membersihkannya.


Selengkapnya KLIK DISINI

Ketika Pohon Datang ke Pengadilan untuk Menggugat: Meneropong Arah Kemajuan Hukum Kontemporer

Oleh : M. Khusnul Khuluq

Hakim PA Sungai Penuh

Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Bagaimana kemungkinan satu batang pohon datang ke pengadilan untuk menggugat korporasi yang hendak menebang dirinya? Dan apa pentingnya? Perkembangan ini muncul dari tumbuh pesatnya gerakan lingkungan hidup selama beberapa dekade terakhir. Dan ini memberikan pandangan dan tata hidup yang baru bagi umat manusia.

Secara filosofis, gerakan ini sudah cukup matang. Filsafat biosentrisme misalnya, mengajarkan sesuatu yang baru pada manusia. Secara sederhana, biosentrisme mengatakan bahwa status binatang dan tumbuhan setara dengan manusia. Sebagaimana berharganya manusia, begitu juga hewan dan tumbuhan.

Biosentrisme merevisi pandangan antroposentrisme. Di mana antroposentrisme menjadikan umat manusia sebagai pusat perhatian. Dalam pandangan antroposentrisme, hewan, tumbuhan dan makhluk lain tidak begitu penting. Umat manusia satu-satunya kehidupan yang penting. Karena itu, manusia boleh melakukan apa saja pada kehidupan lain. Hewan dan tumbuhan boleh diperlakukan apa saja untuk kepentingan manusia.


Selengkapnya KLIK DISINI

 

Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan

Oleh : Siti Erlania | Kasubbag PTIP PA Ngamprah

 

Isu kekerasan terhadap perempuan Indonesia

Isu kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu topik yang saat ini hangat dibicarakan, bahkan selalu menjadi polemik yang tidak pernah usai sejak dulu. Dalam beberapa pekan kebelakang telah banyak terungkap kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Meningkatnya perkara kekerasan terhadap perempuan saat ini semakin memprihatinkan dan mengusik hati nurani. Media cetak dan elektronik hampir setiap hari menyuguhkan beritamengenai pemerkosaan, penganiayaan, perdagangan perempuan (trafficking), pelecehan seksual, bahkan pembunuhan yang dialami oleh perempuan. Tidak hanya menimpa perempuan dewasa namun juga dialami anak-anak perempuan yang dijadikan objek kekerasan. Pelaku kekerasan tidak hanya dilakukan orang yang tak dikenal korban namun dilakukan pula oleh orang-orang terdekat korban.

Selengkapnya KLIK DISINI

 

Agenda PTA Kendari

Sen Sel Rab Kam Jum Sab Min
1
2
6
7
8
9
11
13
14
15
16
17
20
21
23
24
25
26
27
28
29
30

Statistik Pengunjung

Hari ini82
Kemarin11298
Minggu ini82
Bulan ini330543
Total1626239

Info Pengunjung
  • IP: 216.73.216.187
  • Browser: Unknown
  • Browser Version:
  • Operating System: Unknown

Online
6
Online

30 Jun 2025
Selamat Datang di Website Resmi Pengadilan Tinggi Agama Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Jam Pelayanan Senin-Kamis : 08.00-16.30 WITA, Jum'at : 07.30-16.30 WITA. Kami telah mendeklarasikan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani. Jika menemukan suatu pelanggaran, silakan laporkan melalui layanan kontak yang tertera di website ini